REMBANG, katakutip.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang mengakui angka pertumbuhan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) di Rembang saat ini menjadi salah satu yang tertinggi. Pertumbuhan angka penularan di hewan ternak, beberapa hari terakhir ini cukup siginifikan.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DIntanpan) Kabupaten Rembang, Agus Iwan menelaskan, saat ini terdapat sedikitnya 2.600 hewan ternak yang terjangkit PMK. Angka ini mengalami lonakan drastis jika dibanding pada pekan lalu yang masih di angka seribuan.
“Memang salah satu yang memiliki kecepatan pertumbuhan (kasus PMK) tinggi tingkat Kabupaten, yakni Rembang,” kata Agus saat dikonfirmasi wartawan di kantornya, Selasa (14/6/2022).
Agus menyebut, rata-rata per hari ada sebanyak 100 sampai 200 ekor hewan ternak, utamanya sapi yang terjangkit PMK di Rembang. Sebaran kasus PMK ini sendiri telah merata di seluruh kecamatan se Kabupaten Rembang.
“Data sudah masuk semua, cuma Lasem dan Sluke sangat rendah, masing-masing 4 ekor. Terbanyak Rembang dan Kaliori. Kalau yang mati ada 7, dijual dan termasuk dipotong paksa sekitar 24 ekor,” terangnya.
makin menyebarnya kasus PMK di Kabupaten Rembang saat ini, terlebih menjelang hari raya Idul Adha, diakui Agus membuat kalangan peternak merugi. Para peternak yang panik karena ternaknya terangkit PMK, langsung menjual ternak dengan harga auh di bawah standar.
“Tentu karena dengan keterpaksaan, dijual di bawah harga normal, sekitar 50 persen. Misal sapi normal harga Rp 20 juta, ini dijual 8 sampai 10 juta. Angka kerugian di peternak perlu kita khawatirkan,” imbuhnya.
Berdasarkan catatan katakutip.com, wabah PMK sendiri mulai menjangkiti hewan ternak di Rembang sejak pertengahan bulan Mei kemarin. Sekitar sebulan wabah ini melanda, dari yang awalnya ditemukan 4 kasus, kini naik di angka 2.600.
(mar/ars)