Batik Lasem Akan Jadi Suvenir KTT G20

(kemenparekraf.go.id)

REMBANG, katakutip.com – Batik Lasem akan menjadi suvenir dalam salah satu rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada Oktober 2022. Batik tulis Lasem berbentuk scraft atau syal nanti akan dibagikan kepada 50 delegasi dalam Tourism Working Group (TGW). 

Batik yang akan dibagikan kepada para istri menteri pariwisata dari 20 negara anggota G20 nanti merupakan hasil produksi kolaborasi antara Asia Pacific Rayon (APR), Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha Bandung serta para perajin Batik Lasem.

Dilansir dari laman resmi Kemenparekraf, Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan pembuatan batik Lasem ini menggunakan bahan-bahan alami sehingga sesuai dengan salah satu pilar yang diusung dalam kegiatan KTT G20, yaitu keberlanjutan lingkungan. 

“Salah satu pilar G20 ini adalah keberlanjutan dan menuju transformasi menuju ekonomi hijau. Scarf-nya buat para istri Menteri Pariwisata dari berbagai negara yang hadir,” kata Sandiaga di Jakarta, Senin (19/9/2022).

Ketua Bidang Promosi dan Humas Dewan Kerajinan Nasional, Nur Asia Uno menambahkan batik Lasem adalah batik tulis yang pengerjaannya tidak mudah dan memakan waktu. Sehingga, batik yang memadukan motif Jawa dan Tionghoa ini memiliki nilai ekonomis dan seni yang tinggi.

“Jadi harapan saya, supaya batik Lasem ini bisa lebih familiar. Saya sangat mendukung scarf batik Lasem ini diberikan sebagai suvenir pada para istri dan suami para menteri pariwisata (peserta TWG) G20. Mudah-mudahan mereka suka dan ikut mempromosikan batik Lasem supaya bisa mendunia,” ujar Nur Asia.

Menurut Ketua Program Desain Mode Universitas Kristen Maranata Bandung sekaligus Ketua Tim Riset Batik Lasem, Yosepin Sri Ningsih, Batik Lasem dipilih karena sejak lama batik tersebut sudah ditinggalkan. 

Salah satu alasan utamanya adalah sulitnya akses menuju Lasem, Rembang.

Padahal, batik Lasem adalah salah satu batik pertama di Indonesia.

“Mungkin bisa jadi perhatian juga agar tempat ini bisa lebih diakses sehingga para pebatik ini bisa tetap bertahan dan lestari,” ucap Yosepin.

(dat/dat)