Hidup Sebatang Kara, Nenek 80 Tahun Asal Pati Dievakuasi ke Rembang

Pati – Kondisi Mbah Ngasni (perempuan, 80), warga Dukuh Klumpit, Desa Kedalon, Kecamatan Batangan yang hidup sebatang kara memancing rasa prihatin sejumlah pihak. Terlebih, Mbah Ngasni sedang sakit stroke.

Dia hidup sebatang kara karena tidak punya anak dan suaminya telah lebih dahulu berpulang ke Yang Maha Esa. Setelah ditinggal sang suami, pada masa tuanya Mbah Ngasni diurus secara bergantian oleh masyarakat di sekitar rumahnya.

Saat ini, atas inisiatif Pemerintah Desa Kedalon dan Anggota DPR RI Firman Soebagyo, Mbah Ngasni telah diboyong ke panti jompo di Rembang, yakni di Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia (RPSLU) Margo Mukti.

Kades Kedalon Hartatik mengatakan, keputusan ini dilakukan atas kesepakatan perangkat desa dan masyarakat.

“Alhamdulillah saya juga telah melakukan pendekatan pada yang bersangkutan untuk membawanya ke panti jompo di Rembang. Agar bisa dirawat dengan baik,” tutur dia, Jumat (15/10/2021).

Baca juga : MTsN 1 Pati, Jadi MTs Paling Berprestasi se Jateng

Hartatik mengaku kasihan terhadap kehidupan Mbah Ngasni. Dahulu, Mbah Ngasni sebetulnya hidup berkecukupan.

Namun, setelah suaminya meninggal, satu per satu harta bendanya dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hartatik mengatakan, rumah dan tanah yang ditinggali Mbah Ngasni sebetulnya juga sudah dibeli orang.

“Memang pembeli rumah, atau pemiliknya saat ini, mengizinkan Mbah Ngasni tinggal di situ dan bersedia merawatnya sampai akhir hayat karena diberi harga murah,” kata dia.

Saat dia memimpin pemerintahan desa, Hartatik mengajak perangkat desa dan warga sekitar berembug untuk memberi penghidupan yang lebih baik pada Mbah Ngasni. Akhirnya disepakatilah untuk membawanya ke panti jompo.

Jika Mbah Ngasni wafat suatu hari nanti, pihak pemerintah desa bersedia untuk mengurus jenazahnya dan memakamkannya di kampung halaman, yakni Dukuh Klumpit Desa Kedalon.

Sementara, Anggota DPR RI asal Desa Kedalon Firman Soebagyo berharap warga dan Pemdes Kedalon tetap memperhatikan kehidupan dan kondisi Mbah Ngasni selama berada di panti jompo. Bukannya lantas lepas tanggung jawab.

“Seandainya suatu saat nanti Mbah Ngasni wafat. Toh manusia memang pasti akan mengalami kematian, saya minta kepala desa harus siap menjemput jenazahnya untuk dikebumikan di desa asal, agar bisa dimakamkan di tanah leluhurnya,” kata dia.

Firman Soebagyo mengaku baru mengetahui kondisi Mbah Ngasni belum lama ini. Ia berharap hal ini bisa menjadi pelajaran karena kasus semacam ini juga mungkin terjadi di desa atau daerah lain.

(ozm/ars)