Selain itu, sampah yang berserakan di sekitar jalan itu dinilai sangat kotor. Banyak bekas tumpahan kuah dan kemasan-kemasan ringan yang bertaburan.
“Saya miris sekali melihat sampah yang berserakan dimana-mana. Apalagi seperti bekas tumpahan kuah, plastik yang banyak itu mengganggu kenyamanan orang yang melintas atau sekedar jalan,” paparnya.
“Seharusnya ada inisiatif dari pihak terkait untuk menyediakan bak sampah untuk membuang sampah agar tidak jatuh berhamburan,” imbuhnya.
Berbanding terbalik dengan warga lain, Muhammad Syuhadak. Melihat dari dua sisi yang berbeda membahas tentang perbaikan jalan dan pembongkaran saluran air.
Baca juga: Saat Kecantikan Batik Lasem Sesaki Jalanan di Momen Hari Jadi Lasem 1.140 Tahun
“Saya melihat jika dari sisi umumnya perbaikan jalan menjadi langkah bagus untuk meminimalisir terjadinya banjir karena terbatasnya fasilitas saluran air,” katanya kepada katakutip.com.
“Sedangkan dari sisi kususnya untuk wilayah karang turi lasem ini merupakan sebuah kemajuan dari sisi infrastruktur penataan pembangunan, yang menambah keindahan dan ketertiban serta menjadikan lingkungan yg bersih dan indah,” lanjut Syuhadak.
Di sisi lain, ia turut mengamini adanya sisi celah negatif pada proses penataan Kota Pusaka Lasem.
“Kejanggalan yang saya rasakan pasti ada, salah satunya hal itu membawa dampak kerugian di masyarakat karena banyaknya fasilitas-fasilitas umum yang rusak dan tergeser karena pembangunan ini,” paparnya.
(ayl/ars)