Jateng  

Ratapan Peternak Dilanda PMK : Cuma Bisa Pasrah, Pusing Berjamaah

Peternak di Rembang hanya bisa pasrah soal PMK yang mewabah. (M Arifin - katakutip.com)

REMBANG, katakutip.com – Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) membuat para peternak di wilayah Kabupaten Rembang kian merana. Pasalnya, kondisi tersebut berpengaruh pada harga jual ternak di pasaran.

Padahal, momen musim haji menjelang hari Raya Idul Adha, selayaknya harga jual ternak justru meningkat. Namun saat ini harga menurun bahkan hingga 50 persen. Tak hanya itu, peminat hewan ternak elang Idul Adha menurun drastis jika dibanding pada tahun-tahun sebelumnya.

Sukamdi, salah seorang peternak warga Kaliori, mengaku hanya bisa pasrah tentang wabah PMK yang melanda. Ia mengibaratkan, wabah PMK kali ini membuat para peternak pusing berjamaah.

“Selama ini sapi saya belum pernah penyakitan, tapi ini ada kabar PMK ini, mau dibilang takut ya takut, dibilang enggak takut ya enggak. Cuma bisa pasrah. Kita peternak ya sekarang ini pusing berjamaah,” kata dia ditemui di kandangnya, Rabu (15/6/2022).

Baca juga : Rembang Jadi Salah Satu Wilayah Penyebaran Kasus PMK Tertinggi

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Rembang, Agus Iwan menyebut, banyak para peternak yang memilih langsung menjual ternak mereka dengan harga jauh di bawah harga normal, karena panik soal PMK.

“Menjualnya karena keterpaksaan, tentunya harganya jauh di bawah harga normal, sekitar 50 persen (penurunan harga). MIsal harga sapi normalnya Rp 20 juta, dijual seharga Rp 8 juta sampai Rp 10 juta,” kata Agus ditemui wartawan di kantornya, kemarin.

Agus menilai, kondisi ini dipicu karena kepanikan para peternak atas wabah PMK. Padahal, kata Agus, ternak yang terjangkit PMK pun masih berkemungkinan sembuh.

“Tentu angka kerugian di peternak yang kita khawatirkan. Karena kehawatiran peternak, sehingga membuat keputusan menjual di bawah kondisi normalnya,” jelasnya.

“Kami juga sudah antisipasi (kepanikan) dengan terus melakukan sosialisasi agar tidak terlalu panik sehingga mengambil keputusan yang merugikan peternak itu sendiri,” sambungnya.

(mar/ars)