Saat Para Dewan Profesor ITS Pentaskan Wayang pada Dies Natalis 61

(Tangkapan layar YouTube Sigid Channel)

Surabaya – Rangkaian acara Dies Natalis ke-61 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dimeriahkan oleh pagelaran wayang yang dihelat secara luring dan daring, Sabtu (6/11) kemarin.

Kali ini, berupa pagelaran wayang orang yang dipadukan dengan wayang kulit yang diperankan oleh para profesor yang tergabung dalam Dewan Profesor ITS dengan mengusung cerita Harjuna Sasrabahu.

Ini merupakan kali pertama ITS berinovasi mengombinasikan pertunjukan wayang kulit dengan wayang orang yang didalangi Ketua Dewan Profesor ITS Imam Robandi.

Pagelaran wayang yang ditampilkan secara virtual ini pun ditonton bareng di halaman Gedung Rektorat ITS serta live streaming melalui kanal YouTube ITS TV yang sudah ditonton lebih dari 5.300 kali malam itu.

Menariknya lagi, para profesor yang melakonkan wayang orang tersebut berasal dari berbagai suku daerah di Indonesia, dan rata-rata baru kali pertama ini bermain dalam wayang orang.

Rektor ITS Mochamad Ashari mengatakan, fokus ITS tidak hanya mengembangkan teknologi, namun sekaligus menggabungkan teknologi dengan budaya daerah.

Wayang dipilih menjadi tradisi pagelaran setiap Dies Natalis ITS karena budaya daerah ini terkandung banyak filosofi hidup.

“Harapannya melalui pagelaran wayang kulit ini, kami berkomitmen untuk melestarikan budaya daerah,” kata Ashari dalam keterangannya yang diterima katakutip.com, Senin (8/11/2021).

Para profesor yang menjadi pemeran wayang dalam pagelaran ini antara lain Rektor ITS Mochamad Ashari sebagai Harjuna Sasrabahu, Wakil Rektor I ITS Adi Soeprijanto sebagai Sumantri, Surya Rosa Putra sebagai Patih Suroto.

Lalu, Tri Yogi Yuwono sebagai Prabu Citra Sudarma, Muhammad Sigit Darmawan sebagai Kumbakarna, dan Ridho Bayuaji sebagai Raden Citra Kesuma.

Kemudian, Hamzah Fansuri sebagai Wibisono, Agus Rubiyanto sebagai Dosomuko, Nadjadji Anwar sebagai Semar, Suasmoro sebagai Bagong, Budisantoso Wirjodirdjo sebagai Petruk, dan Bangun Muljo Sukojo sebagai Gareng, dan sejumlah profesor lainnya.

Imam mengisahkan Harjuna Sasrabahu yang ingin melamar Dewi Citrowati, namun Harjuna atau Arjuna harus bersaing dengan Dosomuko. Arjuna pun membuat sayembara untuk membunuh Dosomuko dengan memerintahkan Sumantri.

Singkat cerita, Sumantri ceroboh dalam melaksanakan tugasnya. Cerita diakhiri dengan Sumantri yang dinasihati oleh Arjuna untuk selalu ingat delapan karakter dasar manusia.

(redaksi)