Selama 5 Tahun, Warga Ini Masak Pakai Kotoran Hewan

Ketua Kelompok Ternak Tani Subur Desa Meteseh, Sukamto. (Muhammad Minan - katakutip.com)

Rembang – Selama 5 tahun terakhir, sejumlah warga di Desa Meteseh Kecamatan Kaliori, Rembang, beraktivitas utamanya memasak, menggunakan kotoran hewan ternak. Kotoran hewan ternak ini diolah menjadi biogas.

Salah satu alasannya adalah keberadaan Gas LPG yang dewasa ini semakin sulit terjangkau. Selain sering mengalami kelangkaan, harga gas LPG pun naik drastis.

Limbah kotoran hewan ternak milik warga, kemudian diolah untuk dijadikan biogas. Hal ini yang kemudian membantu kelancaran aktivitas warga di desa setempat, tanpa bersusah payah dengan gas LPG.

“Karena harga LPG terus alami kenaikan, kemudian saya mempunyai ide gagasan untuk meringankan beban masyarakat dengan mengelola kotoran hewan ternak menjadi biogas. Ini sudah berjalan dari tahun 2016 lalu,” kata Ketua Kelompok Ternak Tani Subur Desa Meteseh, Sukamto kepada katakutip.com, kemarin.

Saat ini, lanjut Sukamto sudah ada 10 rumah warga yang mendapatkan penyaluran biogas sebagai penganti gas LPG dan digunakan untuk keperluan dapur.

“Dalam satu hari kami dapat mengumpulkan kotoran hewan sampai 660 kilogram dan langsung diolah menjadi biogas. Biogas yang kita dapatkan dari pengolahan itu, bisa memenuhi kebutuhan 10 rumah warga dan bertahan selama 1 bulan,” jelasnya.

Sukamto menilai, pengolahan kotoran hewan menjadi biogas cukup mudah. Pertama kumpulkan kotoran sapi dan campur dengan air lalu masukan kotoran sapi kedalam tandon hingga menghasilkan gas dan siapkan tabung serta pipa yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan gas ke rumah warga.

“Jadi setelah kita olah kotoran sapi itu dan menjadi energi biogas, kami langsung menyalurkan biogas tersebut ke 10 rumah warga melalui pipa yang sudah terhubung,” ucapnya.

Salah satu warga Desa Meteseh pengguna biogas, Zulaikah mengaku sudah memanfaatkan biogas selama 5 tahun. Dengan adanya pemanfaatan kotoran hewan menjadi biogas sangat membantu warga di tengah harga gas LPG yang terus mengalami kenaikan.

“Sangat membantu sekali, karena memakai biogas tidak perlu membeli. Tentunya sangat ekonomis dan warga tidak takut meledak. Kami berharap warga desa lainnya bisa mengikuti kreativitas ini, karena selain murah, biogas juga dapat menyelamatkan pemukiman warga dari pencemaran lingkungan,” pungkasnya.

(mmn/ars)

Exit mobile version
%%footer%%