Wah! Potret Nilai Pancasila Terimplementasi Nyata oleh Warga di Desa Ini

Potret penerapan nilai Pancasila oleh warga Desa Nglinggi, Klaten. (M Arifin - katakutip.com)

KLATEN, katakutip.com – Sebuah desa di Kabupaten Klaten, Jateng terbilang unik, dan layak dicontoh. Nilai-nilai pancasila dapat secara gamblang nampak diimplementasikan betul oleh warga di sini.

Adalah Desa Nglinggi Kecamatan Klaten Selatan, Klaten. Warga yang memiliki latar belakang kepercayaan dan agama yang berbeda-beda, namun tetap bisa hidup berdampingan dengan akur dan damai.

Tak ayal, Desa Nglinggi ini mendapat julukan sebagai Desa Damai Berbudaya dan juga Desa Pancasila.

“Kalau di Nglinggi tidak ada untuk merendahkan satu dengan yang lain tidak ada. Semuanya mengangkat kebaikan demi keutuhan, kerukunan antarumat beragama,” kata seorang tokoh agama Hindu Desa Nglinggi, Suhardi, ditemui di Pura Tri Sakti Buana Ning, di desa tetangga, Sumberejo, Kecamatan Klaten Selatan, Selasa (31/5/2022).

Menyusuri jalanan di desa ini pun, bakal dengan mudah disuguhi potret toleransi yang kuat. Tak jarang, warga yang berbeda keyakinan, saling berboncengan untuk berangkat bersama menuju rumah ibadah masing-masing yang searah.

Tokoh Lingkungan Katolik Desa Nglinggi, Petrus Untung mengatakan, pihaknya amat menyadari adanya perbedaan agama di wilayahnya. Namun hal itu tetap mereka hargai satu sama lain.

“Kami beda memang beda, sama memang sama. Kita saling menghargai,” katanya ditemui di rumahnya.

Petrus mencontohkan, di depan rumahnya merupakan warga beragama Islam, di mana setiap malam minggu kerap mengadakan acara hadrah, dengan suara yang keras. Meski demikian, pihaknya tidak merasa terganggu dengan aktivitas tersebut.

“Kami tidak merasa terganggu. Kalau mereka lagi nyenyaknya istirahat, tidur. Tempat kami latihan kur (paduan suara), sembahyangan bersama, mereka tidak merasa terganggu. Yang penting semua menyadari kita beda tapi sama,” ungkapnya.

Sekretaris Desa Nglinggi, Rudi Hermawan mengatakan, dari catatan pemerintah desa hingga hari ini, tercatat ada beragam agama di desanya. Rinciannya,  warga beragama Islam 1.525 orang, warga beragama Katolik 641 orang, Kristen 89 orang, Hindu 22 orang, dan Budha tiga orang.

“Artinya ini cukup menggambarkan, bahwa Desa Nglinggi ini cukup ada semua perbedaan agamanya tapi tetap kita satu. Dalam kerangka hidup rukun, toleransi ini tetap terjaga. Bahkan, kepala desa kita agamanya Kristen,” kata Wawan, sapaannya ditemui di halaman Balai Desa Nglinggi.

Dia berharap, praktik toleransi di desa yang sudah dilalui bersama ini, diharapkannya akan bertahan hingga ke depan. Sebab yang sulit itu adalah mempertahankan praktik toleransi.

Dengan batasan ini, hendaknya baik minoritas maupun yang mayoritas tetap bisa menjaga hal tersebut.

Setiap hari besar keagamaan, pemerintah desa juga akan mengucapkan di grup percakapan. Dengan demikian, warga desa merasa diperhatikan pemerintah desa.

“Ini sepele tapi membuat warga kita merasa diorangkan. Oh digatekke (diperhatikan) pemerintah, juga gotong royong. Sebetulnya di Indonesia, gotong royong saya lihat di masyarakat juga akan punah. Di Nglinggi, malam saja pemuda gotong royong, pagi kerja. Semangat untuk bersama dan silaturahmi itu dilakukan,” imbuhnya.