Salah satu pemerhati sejarah Lasem, Yon Suprayoga mengakui di wilayah Lasem selama ini belum pernah ada acara yang mengusung konsep seni dan sastra.
“Kami inisiatif untuk mengadakan festival gang buntu ini karena memang sebelumnya belum ada pertunjukan bagi penikmat sastra dan budaya,” kata Yon kepada katakutip.com.
Baca juga: Museum Nyah Lasem, Saksi Bisu Jaman Penjajahan di Lasem
Yon menyebut, terdapat sisi daya tarik dari Festival Gang Boentoe ini. Yakni dengan berusaha menggali kembali beberapa peninggalan di masa lalu yang terpendam.
Ternyata di masa awal kedatangan ajaran agama Islam, kata Yon, para Kyai kampung menggunakan alat musik kentrung untuk dijadikan media berdakwah dari tempat satu ke tempat yang lain.
Baca juga: Pro Kontra di Balik Suasana Baru Jalan Karangturi, Kota Pusaka Lasem
“Zaman dahulu, orang-orang berdakwah menggunakan alat tradisional seperti kentrung. Nah dari situlah muncul ide untuk memunculkan kembali tradisi itu dengan mengajak santri dari Pondok Pesantren Al-Hidayat Lasem dan warga kampun sebagai penabuh kentrung,” tandasnya.
(ayl/ars)