Stasiun Tawang Mendadak Jadi Catwalk, Puluhan Model Peragakan Modest Fashion

SEMARANG, katakutip.com – Stasiun Tawang Semarang mendadak disulap menjadi panggung Catwalk pada Rabu (25/10/2023). Sejumlah model berlenggak-lenggok memeragakan modest fashion di jalanan Stasiun Tawang.

Sejumlah pengunjung stasiun pun berhenti, menyaksikan pagelaran tersebut. Salah satunya, Damarjati, yang siang itu hendak menempuh perjalanan ke Surabaya dengan kereta api.

Wanita asal Batulicin, Kalimantan Selatan ini mengaku pagelaran itu cukup unik, karena diselenggarakan di stasiun.

“Kok bisa di tempat publik. Biasanya hanya di mal, karena di sana (Kalimantan Selatan) tidak ada stasiun. Di sana juga susah cari batik,” ungkapnya, saat ditemui Rabu (25/10/2023).

Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) Semarang Chapter, Ina Priyono mengungkapkan, perkembangan mode pakaian di Jateng sangat pesat. Satu di antaranya mode modest fashion. Menurutnya, mode ini memiliki satu kekhasan yakni rapi dan cenderung tertutup.

“Semua apik-apik bagus,” tuturnya.

Baca juga: Bukan Citayam Fashion Week! Ini Dia Batik Tulis Lasem Fest yang Jauh Lebih Keren

Penjabat (Pj) Ketua Dekranasda Jateng Shinta Nana Sudjana mengatakan, ajang itu merupakan upaya unjuk gigi kualitas UKM di Jawa Tengah.

Menurutnya, dengan bentang alam pesisir hingga pegunungan, membawa kekhasan tersendiri pada produk kriya yang dihasilkan. Hal itu didukung dengan dominasi umat muslim yang mencapai 97,26 persen atau 36,21 juta jiwa. Selain potensi produk yang beraneka, juga pangsa pasar yang besar bagi produk bernuansa muslim.

“Indonesia dengan populasi muslim 229 juta dan negara terbesar ketiga setelah Turki dan Uni Arab Emirate, dalam konsumsi produk modest fesyen. Ini peluang bagi UKM mengembangkan produk fesyen. Juga motivasi untuk mengembangkan fesyen sesuai karakter wilayah,” ujarnya.

Baca juga: Semarang Fashion Trend 2022, Atikoh: Harus Viral!

Kepala Dinkop UKM Jateng Eddy Sulistiyo Bramiyanto mengatakan, ajang tersebut digelar untuk mengekspose potensi modest fashion (gaya pakaian tertutup) di Jawa Tengah.

Dengan potensi kontur alam dan sumber daya yang dimiliki, ia yakin provinsi ini mampu menjadi trendsetter produk busana muslim.

Pada ajang tersebut, katanya, ada enam UKM yang menampilkan karyanya. Di antaranya, Batik Warna  Alam si Putri, Batik Muria Kudus, Al Fath, Aldi Zahra, Batik Smile, dan Batik Srihanna.

“Taglinenya adalah Jawa Tengah kiblat tren modest fesyen menuju internasional. Harapannya produk fesyen meningkatkan pendapatan UMKM dan melibatkan masyarakat, akhirnya akan mengurangi kemiskinan. Multiplier effect-nya secara tidak langsung seperti itu,” pungkas Bram, sapaan akrabnya.

(ars/ars)