Biasanya, kata dia, para pemesan membawa kulit kambing atau sapi sendiri. Meski demikian, ia juga menyediakan beberapa kulit kambing siap pakai untuk dibuat hiasan dinding wayang.
“Yang pesan itu untuk dibuatkan tokoh wayang kulit untuk hiasan dinding tanpa memotong kulit. Jadi bagian tengah yang dibuat tampilan satu atau dua wayang,” jelasnya.
Untuk satu buah karya hiasan dinding wayang kulit, ia mematok tarif jasa senilai rata-rata Rp 750 ribu. Pemesan jasanya pun terbilang ramai di tengah gempuran era milenial saat ini.
“Saya itu dahulu dalang wayang kulit. Tahun 1966 sudah laris sampai Tahun 2000, sekarang sudah tua, menekuni membuat hiasan dinding wayang saja, dan menerima jasa perbaikan wayang kulit,” ungkapnya.
Baca juga: Wayangan ‘Nazar’ Bupati, Jadi Pembuka Rangkaian Hari Jadi Blora 272
Ia mengaku, dalang Blora seangkatannya yang laris kala itu, di antaranya dalang Suwono, Gunadi, Sarijo dan dalang keturunan etnis Tionghoa Ki Kwik Hong Siu.
Kini, di usia yang sudah sepuh (tua), dirinya tinggal bersama anak dan cucunya di Desa Sogo Kecamatan Kedungtuban. Sedangkan istrinya, sudah lama meninggal dunia.
Beberapa foto kenangan saat menjadi dalang dipajang di dinding rumahnya yang sederhana terbuat dari kayu jati.
(mar/ars)